Selamat datang di CaraGampang.Com

FILOSOFI HIDUP DARI SEBUAH GASING

Jumat, 17 Februari 20170 komentar


MINGGU PAGI (15/1/2017) lalu, di sela-sela menanam jagung di kebun sekangkang kera (meminjam istilah mas Taufik), anak bujang ku Muhammad Azlan, berkeluh kesah tentang tugas sekolah, kerampilan membuat gasing.
 
Sudah saya tebak, muara keluh kesah itu, Azlan Junior nama gaul anak ganteng nomor dua di Facebook, minta dibantu dibuatkan gasing. Biasa lah anak-anak zaman kenen, setiap ada tugas keterampilan, begitu dapat tugas dari sekolah, pasti yang kerja orang tuanya. 

Berbeda dengan masa kecil saya, jangankan tugas sekolah membuat gasing, tanpa diperintah guru kami langsung action. Apalagi saat tiba musim permainan gasing, saya dan teman-teman berlomba-lomba membuat gasing. Kalau dah begitu, siap-siap lah kayu alias pokok jeruk, kopi dan tentu yang paling dicari-cari kayu/pokok Leban. Kalau tak ditebang, minimal ditutuh (diambil bagian dari ranting besar) untuk bahan baku untuk gasing.

“Dulu, kalau ada tugas sekolah, papa buat sendiri. Seperti buat gasing, layang-layang, asbak dan sapu lidi. Coba Azlan buat sendiri,” ujarku. Lantas Azlan menjawab, “Kalau nak buat gasing, mana kayunya,” jawabnya. 

Tak salah jawab anak mantan wartawan ini. Bukan sekedar alasan, tapi memang benar. Kalau nak buat gasing tentu butuh kayu. Tak mungkin harus menebang pohon jambu atau mangga tetangga. Kalau nekad, siap-siap lah keno kejo sama pemiliknya. Salah-salah bisa saja berurusan dengan pihak berwajib, minimal Ketua RT.

Itu baru urusan kayu (bahan baku), belum lagi peralatan pendukung, seperti parang dan gergaji. Meski saya punya parang pendek, tapi tak tajam alias tumpul (bukan parang tumpul milik mas Zuriat Abdillah). Apalagi gergaji. Kalau untuk urusan alat pemotong ini, tak perlu khawatir, karena tentangga saya punya profesi ganda tukang dan PNS, pak Marianson. 

Gasing adalah mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti.

Sejumlah daerah punya istilah berbeda menyebut gasing. Di Jawa Barat dan DKI Jakarta, gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung pukang, Kalimantan Timur begasing, Maluku disebut Apiong dan Nusa Tenggara Barat dinamai Maggasing

Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Kepulauan Riau menyebut gasing. Masyarakat Bugis mengenal maggasing atau aggasing. Bolaang Mongondow Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon

Gasing tidak hanya terbuat dari kayu, plastik dan bambu, serta lainnya. Dulu saya dan teman-teman, hanya mengenal gasing berbahan baku kayu. Beda dengan Ombak Fadli Faren, waktu kecil tak pernah memainkan gasing dari kayu, apalagi membuatnya. Jebolan komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) sebelum menjadi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, hanya mengenal gasing dari plastik alias gasing, tentu dibeli dari kedai atau toko. –Kira-kira begitu Ibu Reni Eka Putri.

Gasing mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada suatu titik. Namun untuk berputar, gasing butuh campur tangan si pemain dibantu sarana pendukung berupa tali panjang. 

Cerita mengenai gasing, banyak pelajaran yang dapat dipetik dalam kehidupan sehari-hari. Gasing untuk berdiri tegak, harus “bergerak” berputar. Bahkan dihantam oleh gasing lawan, tetap tangguh dan tetap berputar (meski sempat terhoyong-hoyong dan terseok-seok). 

Dalam kehidupan nyata, agar tetap tegar dan mampu bersaing dalam percaturan, kita harus bergerak alias berusaha. Karena tanpa bergerak, sulit menggapai tujuan dan cita-cita. Walau di depan mata, tanpa usaha keras, jawabannya kita akan sulit menjadi orang maju. 

Di kampung ku, orang yang tak mau bergerak alias berusaha, disebut pemalas. Selain sulit untuk sukses, juga mengakibatkan penyakit jasmani. Pemalas menyebabkan orang menjadi bodoh, karena jarang menggunakan otak untuk berpikir, hanya menghandalkan perkataan yo wes atau ya sudah lah. 

Mending cuma mengomong yo wes, tak enaknya, udah malas, banyak cerito pulak, itu yang tak boleh ditiru. Ini samo dengan gasing berketetel (meminjam istilah Indra Humas), kalau bahasa Jawa disebut Netel, dah tak linyak “lagak” usil bergerak senggol kanan kiri gasing lain. Kalau begitu, bilo nak maju. 

Pokok e ojo dadi wong pemalas, lek arep sukses yo kudhu wani obah awak e lan pikiran ne. Pokok kito kudhu duwe karyo, kerso lan cipto. (Pokoknya jangan jadi orang pemalas. Jika ingin sukses harus berani menggerakan badan dan pikiran. Pokoknya kita harus punya karya, karya dan cipta) --kira-kita artinya begitu, yo mas Suprianto dan Pak Imam Hakim.  

Musuh terbesar kita dalam hidup ini bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Untuk itu, mari kita taklukan diri sendiri terutama dari sifat malas, buang jauh-jauh. Sekali kita mampu kerja apa yang bisa dikerjakan demi kemajuan diri sendiri maupun lembaga tempat kita bekerja.

Dalam hidup ini, kita harus selalu “berputar” bergerak seakan gasing. Karena tanpa berputar, gasing tidak akan berdiri tegak dan menjadi juara dalam pertandingan festival gasing.   

Meski demikian, sekencang-kencang gasing berputar alias linyak menurut kata orang Teluk Ondan (Suai…Saril Azwan), gasing tetap butuh campur tangan pemain beserta talinya. Bila diapliasikan dalam kehidupan, kita tidak boleh sombong, karena kita butuh orang lain. Kita baru bisa dikatakan pandai, jika ada pembandingnya. Disebut orang kaya, karena ada si miskin. 

Untuk itu jangan lah jadi gasing sombong, karena selinyak-linyak gasing akhirnya terkulai juga alias modhar. Maka, kita harus selalu ingat, di atas langit ada langit. Kehidupan ini diatur oleh Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa. Jadi lah orang yang selalu ingat pada Sang Pencipta (Sekian)

Cerita Adi Sutrisno (CAS)
Kumpulan Tulisan di Facebook
Share this article :
 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. ADI SUTRISNO NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger