HAMPIR satu bulan ini (Januari 2017), sebagian orang terutama di
karyawan dan karyawati Bagian Humas Setda Bengkalis terjangkit oleh “virus”.
Namun virus yang saya maksud bukan virus yang mematikan, sehingga tak perlu
repot-repot untuk diobati.
Padahal,
selama ini apabila terjangkiti virus, orang pasti sibuk untuk datang ke dokter,
tabib dan tempat-tempat pengobatan alternatif. Beda yang terjangkitan virus
satu ini, yakni “Virus Jo”. Sepertinya orang terutama di Humas, doyan sekali
terjangkit “Virus Jo”.
Sebelumnya
minta maaf, virus itu saya namakan “Virus Jo”. Kata Jo, sengaja saya ambil dari
dua huruf awal nama Kabag Humas Johansyah Syafri. Mengapa saya lancang memberi level
virus tersebut sebagai “Virus Jo”. Virus ini bernilai positif, mampu mendorong
orang berkarya dan berkreasi lewat curahan kata-kata.
Awalnya,
“si pembawa” virus, tidak hanya sekedar ngomong doang, tapi beliau memberi contoh
dan memperlihatkan jadi dirinya, melalui coretan-coretan dengan ciri khas dan
rubrik bernama Catatan Kecil.
Saat
virus ini, mulai ke permukaan, tidak ada reaksi dari orang-orang di sekitarnya,
termasuk saya tak bergeming untuk mencurahkan kata demi kata dan kalimat demi
kalimat. Tentu dengan alasan atau dalih, sibuk buat pidato, rilis dan
lain-lain.
Agar
“Virus Jo” merasuk dalam mindset dan culture di lingkungan kerja di Humas, “si
pembawa virus” Mr Johansyah Syafri, tak bosan memasukan benih-benih virus dalam
otak kami. Lewat motivasi, ejekan dan cemeeh alias cemooh, si badan ceking ini
terus tak pernah putus asa menembus dinding tebal “daya imun” kami untuk
menjadi penulis.
Alhamdulillah,
berkat kegigihan ayah Nisa dan Rafif, pada tahun 2017, tumbuh rasa malu
sekaligus dorongan yang kurat dari staf Humas Setda Bengkalis. Apalagi saya,
mantan wartawan, tentunya semakin malu kalau tidak bisa lagi produksi
menyampaikan ide-ide dan gagasan lewat sebuah tulisan panjang.
Awal
tahun 2017, “Virus Jo” benar-benar menjangkiti seluruh staf Bagian Humas Setda
Bengkalis. Bahkan dengan bangga, teman-teman punya ciri khas sendiri yang
dituangkan dalam bentuk “rubrik”. Johansyah punya rubrik Catatan Kecil, Adi
Sutrisno (Cerita Adi Sutrisno atau CAS), Fadli Faren (Goresan Ombak Faren), Andy Utama (Oret–oretanku).
Kemudian,
Ticha Loopee atau Nuratika (Tulisan Butik. Butik
adalah singkatan Bubun Tika), Astina (DATIN alias DIARY TINA ARIFIN), Zuriat Abdillah (Jurnal Zuriat), Sudiyo Amb (Karya Tulis atau KARTU), Muhammad
Iqbal (Celoteh Anak Pulau), Dessy Mertalina (Curhat Cici atau cuci), Herma Safitri (karangan/buah pena), Sifawati alias Efa Fizha (Karya Intan Payong atau Karip), Haliyun Na'im (Catatan si Baim).
Kembali
pada persoalan “Virus Jo”, jauh sebelumnya si lulusan jurusan Biologi FKIP Unri
ini, punya virus lain yang sudah terjangkit hampir sebagian pemilik facebook di
Bengkalis. Apa virus yang disebarkan, adalah sebuah kalimat sederhana, yakni
“Tanda di TKP” lengkap dengan fotonya.
Jika
selama ini, di Indonesia dan dunia, heboh dengan Om Telolet Om, ternyata jauh
sebelumnya di Bengkalis punya jinggel “Tanda di TKP”. Tiga suku kata ini, meski
tidak sampai menasional dan mendunia, tapi sangat fimiliar di kalangan
masyarakat Bengkals dan Riau.
Terkait
dua fenomena “Virus Jo” di atas, Tanda di TKP dan kebiasaan menulis panjang,
ternyata menjadi perhatian sebagian besar warga Bengkalis, khususnya kalangan
pegawai (baik PNS maupun honorer). Banyak yang menyatakan “Sekarang orang Humas
rajin nulis,” itu ungkapan yang disampaikan kepada saya.
Bahkan
anak saya yang nomor dua, Muhammad Azlan, juga berkomenter. Katanya “Dulu waktu
Om Johan buat status Tanda di TKP, orang ikut-ikutan. Sekarang Om Johan, buat
tulisan panjang, juga ikut-ikutan”.
Itu
lah kehebatan “Virus Jo” yang sudah menjangkiti hampir 95 persen personil Humas
Setda Bengkalis. Akibat virus ini, staf yang selama ini pendiam menjadi
bergairah, tentu bergairah menulis. Seperti Agus Zahirman, sudah berani
menuangkan segerombolan kata menjadi sebuah kalimat.
Kemudian
Yudi menuangkan sebuah cerita………. (saya belum baca, tapi menurut informasi dari
sang isteri dan Azlan, Om Yudi sudah menulis). Begitu juga Rd Ronny Pratama
Nataatmadja, yang selama ini dikenal heboh dengan suara besarnya, juga mulai
berani tampil dengan judul SALAM YNNOR.
Tidak
hanya Staf Bagian Humas, “Virus Jo” juga menjangkiti orang lain. Sebut saja,
Yeni Mayasari (dengan rubrik By YM), kemudian Laili Tohir, meski belum ada
rubriknya, tapi mantan Staf Bagian Keuangan ini, juga mulai berani menulis
diary, cerita tentang kembali ke Mabes (markas besar).
Kemudian
wartawan senior Taufik. Meskipun selama ini pekerjaannya menulis, namun ayah
dari Poso ini, jarang sekali menulis panjang di Facebook. Begitu juga Muchlizar
alias Mong Sagita, pria yang dipromosikan menjadi Kabid di Dinas Perikanan dan
Kelautan ini, tidak hanya sekedar menulis status OTW atau Tanda di TKP, tapi
menulis panjang yang informatif.
Mumpung
masih diberi kesempatan, berbahagia lah terjangkiti “Virus Jo”, karena mampu
memberikan banyak manfaat, diantaranya:
Pertama,
membantu memulihkan emosi. Mengekspresikan emosi melalui kata-kata dapat
mempercepat penyembuhan. Menulis pikiran dan perasaan Anda setelah peristiwa
traumatis benar-benar dapat membuat luka fisik lebih cepat sembuh, menurut
sebuah studi oleh peneliti di Selandia Baru.
Kedua,
membuat lebih terorganisir. Penulis yang paling sukses akan membuat jadwal
untuk menulis dan benar-benar meletakkannya di kalender. Melakukan hal itu akan
membantu Anda mempertahankan jadwal keseharian, tidak hanya pada aktivitas menulis,
namun Anda juga akan terorganisir dan efisien dalam bidang lain di kehidupan
Anda.
Ketiga,
membuat berbicara lebih lancar. Seperti diungkapkan Kabag Humas, orang yang
rajin menulis akan lancar berbicara. Meskipun saya belum seperti itu, namun
fakta ini sudah dibuktikan oleh Johansyah Syafri, sangat lancar berbicara di
depan audience.
Keempat,
membuat pikiran dan tubuh lebih baik. Menurut sebuah artikel tahun 2005 di
jurnal Advance in Psychiatric Treatment, manfaat menulis bisa dirasakan dalam
jangka pendek dan panjang..
Menulis
ekspresif telah dikaitkan dengan peningkatan suasana hati, kesejahteraan,
tingkat stres dan gejala depresi, serta manfaat fisik seperti penurunan tekanan
darah, dan juga peningkatan fungsi paru-paru dan hati. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa menulis tulisan ekspresif dapat membantu orang dengan
gangguan stres pascatrauma.
Berbahagia
lah bagi siapa saja yang terjangkiti “Virus Jo”. Minimal kita akan mengaktifkan
otak kiri. Otak kiri dalam otak yang berfungsi, untuk mengatur kemampuan dari
pemahaman atau penalaran dari bahasa, tulisan, cara berhitung, dan logika
seseorang. Daya ingat yang tersimpan dalam otak kiri ini sendiri bersifat
pendek atau shot term memory.
Rugi
lah jika belum terjangkit “Virus Jo”. Terutama staf Humas Setda Bengkalis, saya
tunggu tulisannya. Sekian, terima kasih.
Cerita Adi Sutrisno (CAS)
Kumpulan Tulisan di Facebook
