Selamat datang di CaraGampang.Com

“VIRUS JO” SEMAKIN MENYEBAR

Jumat, 17 Februari 20170 komentar



HAMPIR satu bulan ini (Januari 2017), sebagian orang terutama di karyawan dan karyawati Bagian Humas Setda Bengkalis terjangkit oleh “virus”. Namun virus yang saya maksud bukan virus yang mematikan, sehingga tak perlu repot-repot untuk diobati. 
 
Padahal, selama ini apabila terjangkiti virus, orang pasti sibuk untuk datang ke dokter, tabib dan tempat-tempat pengobatan alternatif. Beda yang terjangkitan virus satu ini, yakni “Virus Jo”. Sepertinya orang terutama di Humas, doyan sekali terjangkit “Virus Jo”.

Sebelumnya minta maaf, virus itu saya namakan “Virus Jo”. Kata Jo, sengaja saya ambil dari dua huruf awal nama Kabag Humas Johansyah Syafri. Mengapa saya lancang memberi level virus tersebut sebagai “Virus Jo”. Virus ini bernilai positif, mampu mendorong orang berkarya dan berkreasi lewat curahan kata-kata. 

Awalnya, “si pembawa” virus, tidak hanya sekedar ngomong doang, tapi beliau memberi contoh dan memperlihatkan jadi dirinya, melalui coretan-coretan dengan ciri khas dan rubrik bernama Catatan Kecil. 

Saat virus ini, mulai ke permukaan, tidak ada reaksi dari orang-orang di sekitarnya, termasuk saya tak bergeming untuk mencurahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Tentu dengan alasan atau dalih, sibuk buat pidato, rilis dan lain-lain.

Agar “Virus Jo” merasuk dalam mindset dan culture di lingkungan kerja di Humas, “si pembawa virus” Mr Johansyah Syafri, tak bosan memasukan benih-benih virus dalam otak kami. Lewat motivasi, ejekan dan cemeeh alias cemooh, si badan ceking ini terus tak pernah putus asa menembus dinding tebal “daya imun” kami untuk menjadi penulis.

Alhamdulillah, berkat kegigihan ayah Nisa dan Rafif, pada tahun 2017, tumbuh rasa malu sekaligus dorongan yang kurat dari staf Humas Setda Bengkalis. Apalagi saya, mantan wartawan, tentunya semakin malu kalau tidak bisa lagi produksi menyampaikan ide-ide dan gagasan lewat sebuah tulisan panjang. 

Awal tahun 2017, “Virus Jo” benar-benar menjangkiti seluruh staf Bagian Humas Setda Bengkalis. Bahkan dengan bangga, teman-teman punya ciri khas sendiri yang dituangkan dalam bentuk “rubrik”. Johansyah punya rubrik Catatan Kecil, Adi Sutrisno (Cerita Adi Sutrisno atau CAS), Fadli Faren (Goresan Ombak Faren), Andy Utama (Oret–oretanku).

Kemudian, Ticha Loopee atau Nuratika (Tulisan Butik. Butik adalah singkatan Bubun Tika), Astina (DATIN alias DIARY TINA ARIFIN), Zuriat Abdillah (Jurnal Zuriat), Sudiyo Amb (Karya Tulis atau KARTU), Muhammad Iqbal (Celoteh Anak Pulau), Dessy Mertalina (Curhat Cici atau cuci), Herma Safitri (karangan/buah pena), Sifawati alias Efa Fizha (Karya Intan Payong atau Karip), Haliyun Na'im (Catatan si Baim).

Kembali pada persoalan “Virus Jo”, jauh sebelumnya si lulusan jurusan Biologi FKIP Unri ini, punya virus lain yang sudah terjangkit hampir sebagian pemilik facebook di Bengkalis. Apa virus yang disebarkan, adalah sebuah kalimat sederhana, yakni “Tanda di TKP” lengkap dengan fotonya. 

Jika selama ini, di Indonesia dan dunia, heboh dengan Om Telolet Om, ternyata jauh sebelumnya di Bengkalis punya jinggel “Tanda di TKP”. Tiga suku kata ini, meski tidak sampai menasional dan mendunia, tapi sangat fimiliar di kalangan masyarakat Bengkals dan Riau. 

Terkait dua fenomena “Virus Jo” di atas, Tanda di TKP dan kebiasaan menulis panjang, ternyata menjadi perhatian sebagian besar warga Bengkalis, khususnya kalangan pegawai (baik PNS maupun honorer). Banyak yang menyatakan “Sekarang orang Humas rajin nulis,” itu ungkapan yang disampaikan kepada saya.

Bahkan anak saya yang nomor dua, Muhammad Azlan, juga berkomenter. Katanya “Dulu waktu Om Johan buat status Tanda di TKP, orang ikut-ikutan. Sekarang Om Johan, buat tulisan panjang, juga ikut-ikutan”. 

Itu lah kehebatan “Virus Jo” yang sudah menjangkiti hampir 95 persen personil Humas Setda Bengkalis. Akibat virus ini, staf yang selama ini pendiam menjadi bergairah, tentu bergairah menulis. Seperti Agus Zahirman, sudah berani menuangkan segerombolan kata menjadi sebuah kalimat. 

Kemudian Yudi menuangkan sebuah cerita………. (saya belum baca, tapi menurut informasi dari sang isteri dan Azlan, Om Yudi sudah menulis). Begitu juga Rd Ronny Pratama Nataatmadja, yang selama ini dikenal heboh dengan suara besarnya, juga mulai berani tampil dengan judul SALAM YNNOR. 

Tidak hanya Staf Bagian Humas, “Virus Jo” juga menjangkiti orang lain. Sebut saja, Yeni Mayasari (dengan rubrik By YM), kemudian Laili Tohir, meski belum ada rubriknya, tapi mantan Staf Bagian Keuangan ini, juga mulai berani menulis diary, cerita tentang kembali ke Mabes (markas besar).

Kemudian wartawan senior Taufik. Meskipun selama ini pekerjaannya menulis, namun ayah dari Poso ini, jarang sekali menulis panjang di Facebook. Begitu juga Muchlizar alias Mong Sagita, pria yang dipromosikan menjadi Kabid di Dinas Perikanan dan Kelautan ini, tidak hanya sekedar menulis status OTW atau Tanda di TKP, tapi menulis panjang yang informatif.

Mumpung masih diberi kesempatan, berbahagia lah terjangkiti “Virus Jo”, karena mampu memberikan banyak manfaat, diantaranya:

Pertama, membantu memulihkan emosi. Mengekspresikan emosi melalui kata-kata dapat mempercepat penyembuhan. Menulis pikiran dan perasaan Anda setelah peristiwa traumatis benar-benar dapat membuat luka fisik lebih cepat sembuh, menurut sebuah studi oleh peneliti di Selandia Baru. 

Kedua, membuat lebih terorganisir. Penulis yang paling sukses akan membuat jadwal untuk menulis dan benar-benar meletakkannya di kalender. Melakukan hal itu akan membantu Anda mempertahankan jadwal keseharian, tidak hanya pada aktivitas menulis, namun Anda juga akan terorganisir dan efisien dalam bidang lain di kehidupan Anda.

Ketiga, membuat berbicara lebih lancar. Seperti diungkapkan Kabag Humas, orang yang rajin menulis akan lancar berbicara. Meskipun saya belum seperti itu, namun fakta ini sudah dibuktikan oleh Johansyah Syafri, sangat lancar berbicara di depan audience.
Keempat, membuat pikiran dan tubuh lebih baik. Menurut sebuah artikel tahun 2005 di jurnal Advance in Psychiatric Treatment, manfaat menulis bisa dirasakan dalam jangka pendek dan panjang..

Menulis ekspresif telah dikaitkan dengan peningkatan suasana hati, kesejahteraan, tingkat stres dan gejala depresi, serta manfaat fisik seperti penurunan tekanan darah, dan juga peningkatan fungsi paru-paru dan hati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menulis tulisan ekspresif dapat membantu orang dengan gangguan stres pascatrauma.

Berbahagia lah bagi siapa saja yang terjangkiti “Virus Jo”. Minimal kita akan mengaktifkan otak kiri. Otak kiri dalam otak yang berfungsi, untuk mengatur kemampuan dari pemahaman atau penalaran dari bahasa, tulisan, cara berhitung, dan logika seseorang. Daya ingat yang tersimpan dalam otak kiri ini sendiri bersifat pendek atau shot term memory.

Rugi lah jika belum terjangkit “Virus Jo”. Terutama staf Humas Setda Bengkalis, saya tunggu tulisannya. Sekian, terima kasih. 

Cerita Adi Sutrisno (CAS)
Kumpulan Tulisan di Facebook


Share this article :
 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. ADI SUTRISNO NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger