Selamat datang di CaraGampang.Com

SETENGAH JAM BERSAMA AKANG DEDI MULYADI

Jumat, 17 Februari 20170 komentar



SELASA (24/5/2016), sekitar pukul 07.15 WIB, rombongan Benchmarking Diklatpim IV 2016 Kabupaten Bengkalis, tiba di kantor Bupati Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Rombongan kami dipimpin langsung Kepala Badan Diklat Bengkalis T Zainuddin, bersama widyaiswara, yakni Saharisir, Dar'i dan M Fadli serta Kabid Rafiardhi 'kapoor' Ikhsan serta sejumlah staf Badan Diklat.

Setibanya di Bale Negeri (sebutan untuk komplek kantor bupati, pendopo dan rumah dinas bupati). Begitu memasuki halaman kompleks Bale Negeri, kami sangat takjub dengan suguhan taman yang sangat mempesona. Tak ayal, decak kagum langsung mengalir dari bibir seluruh rombongan Benchmarking. Seandainya ada diantara kami ada yang tidak berdecak kagum, tak tahu mau dibilang apa.

Taman Maya Datar diberi nama, itu lah taman yang menurut pandangan saya taman indah tertata dengan apik dan rapi. Lengkap dengan patung harimau, bangku bernuansa klasik dan lampu jalan.

Tak kalah menakjubkan lagi, ketika hendak masuk ke Bale Negeri, kami harus melewati titian atau jembatan yang diapit air mancur. Tak hanya satu, di taman itu terdapat dua jembatan 'romantis'. Saat melintasi jembatan itu, diantara kami menyeletuk, "Macam nak photo prewed." Ada juga yang bilang tempat ini sangat cocok untuk poto prewed.

Memang tak berlebihan penilaian kami, karena mata terasa adem saat menyaksikan pesona Taman Maya Datar. Rasanya kami tidak ingin beranjak untuk meninggalkan tempat itu.

Kembali cerita Bale Negeri, saat kami menaikan tangga kecil dan berada di teras depan, suguhi tiga kereta kencana terbungkus "baju" plastik besar. Meski tak terlalu kentara, kami bisa memastikan benda antik yang tertutup itu adalah kereta kebesaran yang digunakan para raja-raja pada masa silam.

Oh ya, sebelum naik tangga, ada dua dara Sunda alias nenggelis menyambut kami dengan senyuman dan sapa lembut, sehingga meluluhkan hati kami. Spontan kami balas dengan senyuman diucapan terimakasih.

Seperti lazimnya, saat memasuki gedung pemerintahan, kami langsung masuk. Rupanya ada aturan tak tertulis di Kabupaten Purwakarta, setiap tamu yang masuk ke ruangan tamu Bale Negeri, harus terlebih dahulu diwajibkan membuka sepatu.

Pengalaman buka sepatu pernah kami alami saat berkunjung di rumah dinas Menteri Besar Malaka, Malaysia. (Kalau bisa sekedar usul, alangkah tradisi ini dicontoh di Negeri Junjungan, setiap tamu yang hendak masuk ke Wisma Daerah Sri Mahkota diberlakukan sama), colek Azrul.

Begitu masuk di ruang tamu, nuansa dinding ruangan didominasi batik warna putih, dihiasi lukisan gunung, bendungan Jatiluhur, kepala harimau putih dan tak ketinggalan lukisan Ratu Penguasa Laut Selatan atau Nyi Roro Kidul mengenakan pakaian kemben berwarna hijau.

Sambil menunggu kedatangan akang Dedi Mulyadi, kami disuguhi teh manis dan cenderamata berupa iket kepala, ciri khas Sunda. (Kalau di Bengkalis, semacam tanjak). Tentu tidak semua peserta dapat iket ini, karena hanya khusus di pakai kaum Adam.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi masuk ruangan, berjalan cepat sambil mengucapkan Assalamualaikum dan Sampurason, beliau memberi isyarat kepala rombongan untuk duduk di bangku depan sebelah bwliau.

Tanpa basa basi, Bupati yang suka membangun patung-patung di negerinya ini, langsung nyerocos. Tanpa harus dimulai kalima YTH dan lain-lain. Akang Dedi mengucapkan selamat datang, dan memaparkan tentang pembangunan di Purwakarta, serta pengalaman dirinya dalam membangun Purwakarta.

Meski hanya setengah jam bertemu dengan kontroversi ini, namu kami dapat ilmu yang bisa diterapkan di Bengkalis. Saya katakan kontroversi, ada kebijakan beliau yang "nyeleneh", seperti kebijakan pegawai tidak ada apel pagi dan sore dan tidak mengenakan seragam PNS.

Selain itu kata akang Dedi, dalam membangun daerahnya, beliau menginginkan agar birokrasi tak bertele-tele. Misalnya, setiap pekerjaan proyek, baru dibayarkan setelah seluruhnya pekerja tuntas, atau tidak ada terme pertama. Dibayarkan setelah ada audit dari lembaga kompeten, sehingga PA, KPA dan PTTK tak haru khawatir ada kelebihan membayar.

Menurutnya akang Dedi, birokrasi yang diterapkan selama ini dianggap menghambat pembangunan, karena aparatur sipil negara hanya direpotkan dengan administrasi dan SPJ. Padahal masyarakat menginginkan produk alias hasil dari pembangunan.

Kemudian, soal penerapan Teknologi dan Informasi Komunikasi, sejak beberapa tahun ini kata akang Dedi, di daerahnya sudah menerpakan di setiap kantor pemerintah dan sebagian di desa. Mulai dari urusan surat menyurat dan penyimpanan dokumen, begitu juga soal promosi potensi daerah.

Tak berlebihan memang, soal promosi kang Dedi sangat gencar. Buktinya, pernah walikota New York datang ke Purwakarta. Bahkan pada Senin kemarin, sebanyak utusan dari 23 negara bertandang di kabupaten yang memiliki air mancur menari terbesar di Asia Tenggara

Meski pertemuan kami dengan akang Dedi singkat, namun banyak ilmu yang dapat dipetik dan diterapkan di Negeri Junjungan Bengkalis, (tapi bukan urusan buat patung), namun tentang urusan bangun taman, penerapan TIK dan pendidikan.

Cerita Adi Sutrisno (CAS)
Kumpulan Tulisan di Facebook

Share this article :
 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. ADI SUTRISNO NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger