HomeSebelas Petak Asrama Santri Ludes
Sebelas Petak Asrama Santri Ludes
Selasa, 03 Juni 20080 komentar
Asrama Pesantren Nurul Hidayah Terbakar
BENGKALIS- Musibah kebakaran kembali terjadi di pondok Pesantren Moderen Nurul Hidayah Bantan Tua kecamatan Bantan. Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIB Selasa (6/5) dini hari tersebut, melahap 11 kamar yang dihuni 65 santri dan 6 guru.
Bangunan yang terbakar itu berukuran 6 x 30 meter dibangun sejak tahun 1994 lalu. Dinding asrama yang berbentuk liter L ini seluruhnya terbuat dari papan yang sudah kering. Ditaksir kerugian sementara akibat kebakaran itu sebesar Rp400 juta.
Dua unit mesin robin milik kantor camat Bantan yang datang sekitar 15 menit setelah terjadi kebakaran, bertungkus lumus bersama ratusan masyarakat berusaha memadamkan api. Namun api yang membakar bangunan dari papan tersebut sulit untuk dikendalikan. Begitu juga dua unit mobil pemadam kebakaran dari Bengkalis, kendati kedatangan dua unit mobil ini terbilang cepat (1,5 jam setelah kebakaran, red) , namun petugas pemadam tidak bisa berbuat banyak. "Mobil kebakaran datang, asramapun robohlah," kata ustaz Pamuji ketua pondok Bantan saat dihubungi kemarin.
Kebakaran subuh Selasa kemarin adalah kebakaran kali kedua. Tahun lalu asrama putra juga sempat terbakar, namun saat itu hanya sebagian kecil saja yang terbakar. "Untuk sementara sebagian siswa akan kita tempatkan di masjid samping pondok, sebagian lainnya mungkin akan ditempatkan di tenda-tenda," kata Pamuji lagi.
Apa yang merisaukan alumni Gontor tersebut, saat ini santri kelas III sedang mengikuti UAN, konsentrasi santri diyakini sedikit terganggu dengan apa yang baru saja dialami. "Ujian tetap kita laksanakan, walau mungkin musibah ini memecah konsentrasi mereka, dan kebetulan yang terbakar ini adalah asrama santri baru, untuk santri yang kelas III kita pisahkan dan tidak terbakar," katanya lagi.
Selain membakar asrama santri laki-laki, kebakaran tersebut juga menghanguskan kamar/pemondokan para ustaz. Seluruh barang dan pakaian sejumlah ustaz pondok ludes dan tidak bisa diselamatkan. "Barang-barang yang berdekatan dari titik api pertama kali dilihat tidak bisa diselamatkan, termasuk barang dan pakaian sejumlah guru. Sementara barang-barang dan pakaian yang kain berhasil diselamatkan," paparnya.
Ditanya lebih lanjut asal mula titik api, Pamuji belum bisa memastikan. Hanya katanya menurut keterangan santri yang piket, mereka melihat api berasaal dari atap. "Kita juga belum pasti, entah dari korsleting listrik atau apa. Kebetulan listrik sedang hidup, jadi tidak ada siswa yang menyalakan lilin untuk belajar," ungkapnya.
Rambatan api terlalu cepat, siswa pertama yang melihat api di bagian atap asrama berusama membangun teman-temannya yang lain. Ratusan santri terbangun dengan ember dan alat seadanya mereka berusaha memadamkan api. Jilatan api semakian tidak terkendali, dalam waktu sekejap api sudah merambat ke petak asrama yang lain.
Sejumlah uztad pondok juga terbangun, bahkan ratusan masyarakat yang berada di sekitar pondok juga ikut memberikan pertolongan. 15 menit setelah kebakaran, camat Bantan H Eri Kusuma Pribadi, dibantu sejumlah satpol PP kecamatan membawa dua unit mesin Robin untuk membantu memadamkan kebakaran. Kendati camat dan masyarakat berbasah kuyup, namun mereka tidak mampu menahan lajunya kobaran api.
Sekitar setengah jam setelah kebakaran, dua unit mobil kebakaran dari kota Bengkalis sampai ke tempat kejadian. Namun seiring sampainya mobil kebakaran di lokasi, sebelas petak asrama santripun roboh.
"Kebakaran terjadi sekitar pukul 04.00 Wib, sekitar setengah jam seluruh sebelas petak petak asrama habis terbakar. Mobil kebakaran yang datang memang lumayan cepat, namun setiba mereka di lokasi, asrama pun roboh," kata sekdes Bantan Tua Muhammad Sarnen, yang ikut bertungkus lumus memadamkan api. Untuk sementara kata Pamuji, sebagian santri kan ditempatkan di masjid yang berada di lingkungan pondok pesantren. Sementara yang lainnya akan ditempatkan di lokal dan tenda. "Untuk sementara mungkin hanya itu yang bisa kita lakukan, sambil memikirkan langkah yang terbaik selanjutnya. Mohon doanya, moga kami tabah dan bisa keluar dari persoalan ini," kata Pamuji.
Musibah kebakaran yang meluluhlantakkan sebelas petak asrama santri putra tersebut, menyebar secepat kilat ke kota Bengkalis. Sejumlah wali santri yang mendengar musibah tersebut datang ke pondok pesantren untuk mengetahui kondisi anak-anak mereka di sana. "Nak nengok kejap, macam mano kondisi budak-budak di sana," ujar Adam warga desa Senggoro salah seorang wali santri.
Bagi warga santri pondok moderen Nurul Hidayah, Adam bukan nama asing bagi mereka. Orang tua dari santri bernama Radha Ini memang sering berkunjung ke pondok pesantren. (adi)
Hanya Tinggal Baju Lekat di Badan
Musibah kebakaran asrama putra Pondok Pesantren Nurul Hidayah Bantan Tua, kecamatan Bantan, Selasa dinihari kemarin sekitar pukul 04.00 WIB menyisihkan kesedihan mendalam. Tidak ada yang satu pun tersisa, melainkan hanya baju yang melekat di badan.
Berdasarkan pantuan di lapangan, kini lokasi kejadian kebakaran sebelas kamar asrama putra diberi pembatas pita warna kuning garis polisi (police line). Di sejumlah sudut puing-puing sisa kebakaran masih tampak kepulan asap kecil. Sementara itu terlihat sisa-sisa buku milik para santri yang terbakar tampak berserakan di antara puing-puing. Sebagian besar buku-buku itu tidak lagi berbentuk, melainkan tersisa hanya hanya bekas-bekas kertas.
“Kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Buku, baju, seragam sekolah habis terbakar. Yang tersisa hanya selesai baju dan celana yang melekat di pakaian kami,” ujar salah seoang santri yang terlihat sedih.
Para santri hanya bisa berharap uluran tangan dari dermawan, memberikan bantuan pakaian bekas maupun alat-alat tulis yang bisa dimanfaatkan. Terlebih sementara lagi para santri ini akan menghadapi ujian semester. Sedangkan santri kelas tiga MTs saat ini tengah menghadapi ujian nasional.
Malam itu, kebetulan yang sedang piket jaga Radiansyah dan Ishak cs. Sekitar pukul 03.30 Wib, Waktu itu Radiansyah dan Ishak berkeliling patroli memeriksa beberapa bangunan di pesantren tersebut, dia tidak melihat tanda-tanda api di asrama yang saat ini tinggal puing-puing. Namun ketika kembali lagi ke arah depan, dia melihat api di atas plafon salah satu asrama putra. “Waktu itu api menjalar sangat cepat. Dalam sekejap saja api merambat petak-petak kamar lainnya,” ungkap Radiansyah.
Menyaksikan api mulai menjalar di asrama yang biasa dihuni Syahrizal, Fitra Rama dan Helmiadi, tentunya membuat Radiansyah dan Ishak panik. Meskipun demikian dalam pikirannya, bagaimana menyelamatkan teman-teman yang ada di asrama tersebut. Langkah pertama Radiansyah berusaha menggedor pintu kamar Syahrizal cs, sedangkan Ishak memukul lonceng sekolah sebagai tanda bahaya.
Tak ayal, suara heboh itu mengundang perhatian para penghuni asrama putra dan asrama lain yang agak jauh dari lokasi kebakaran. Satu persatu, santri berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.
Rupanya dalam kobaran api yang membumbung tinggi, dua santri yakni Mansurun dan Fitra Rama memberanikan diri menerobos bahaya berusaha mengeluarkan lemari yang berisi pakaian dan buku. Namun para santri lain yang sudah panik tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharganya. Dalam musibah kebakaran itu, lima santri terpaksa harus kehilangan ijazah yang ikut terbakar. (adi)
