Di tengah era globalisasi, ternyata masih ada segelintir warga yang belum pernah melihat alat elektronik bernama televisi. Kejadian ini menimpa ratusan jiwa warga suku Akit dusun Anak Kembung desa Penebal, kecamatan Bengkalis.
“Pak, tolong belikan Tv dan digital. Karena selama ini kami suku Akit tak pernah melihat Tv. Kami juga mau tahu perkembangan yang terjadi di Jakarta dan daerah lain. Nantinya Tv tersebut kami tarok (letakan, red) di Balai Adat.”
Kalimat itu mengalir dari mulut salah seorang warga suku Akit dusun Anak Kembung desa Penebal kecamatan Bengkalis, saat penyerahan kunci rumah layak huni (RLH), Sabtu (2/1/2008). Diungkapkan Ketua Suku Akit, Atai, dari total 70 kepala keluarga (KK) yang ada, sebagian besar belum pernah melihat apa itu televisi. Memang diantara mereka, sudah ada yang memiliki televisi, jumlahnya baru empat rumah yang memiliki (itupun dari suku Tionghoa). Tentunya, warga lain yang berjumlah sekitar 300 jiwa lebih nyaris tak pernah melihat siaran televisi.
Kendati sebagian diantara suku Akit sudah memiliki televisi, namun siaran yang bisa ditangkap hanya merupakan acara dari negeri jiran Malaysia. Itupun televisi yang dipajang untuk ditontong bersama-sama dengan warga lainnya, hanya hitam putih alias Tv tak berwarna dan dihidupkan oleh baterai. Tentunya pemilik televisi seperti Akok maupun Atai tak mau membeli parabola.
Menurut Ketua Suku Akit dusun Anak Kembung, Atai, minimnya media informasi menyebabkan warga suku asli di daerahnya tetap terbelakang. Mereka tidak tahu perkembangan dunia, bahkan daerah sendiri.
“Selama ini tak tahu dunia luar. Kalau pun ada yang punya Tv, itupun hanya beberapa orang. Kalau ditanya soal, Jakarta dan Indonesia pasti tidak ada yang tahu. Untuk itu, kami harapkan Pak Sekda mau membantu sebuah televisi berukuran 36 atau 40 inci yang akan dipajang di Balai Adat. Jangan hanya Tv saja, kalau bisa dilengkapi dengan digital antena parabola dan mesin diesel. Kalau sudah begitu, kami bisa nonton rame-rame di Balai Adat,” ujarnya.
Meskipun berada dalam komunitas suku terasing, namun masyarakat mulai sadar dengan pendidikan. Buktinya, sebagian besar anak-anak suku asli ini menempuh pendidikan, walau hanya sampai ke sekolah dasar (SD). Setidaknya kesadaran itu, kata Atai, perlahan mengikis pandangan sebagian besar orang, kalau suku asli tidak terbuka dengan warga luar. “Buktinya anak-anak kami sekolah,” tandas Atai.
Menanggapi permintaan warga suku Akit dusun Anak Kembung desa Penepal. Sekretaris Daerah (Sekda) Bengkalis, Sulaiman Zakaria berjanji akan mempertimbangkan permintaan itu. Menurutnya, usulan dan maupun permintaan, harus dimusyarawahkan dengan kepala desa setempat melalui musrenbangdes.
“Insa Allah, dalam waktu dekat kita akan mempertimbangkan permintaan bapak-bapak. Memang televisi sangat perlu untuk media informasi,” ungkapnya. (adi sutrisno) ***telah diterbitkan di Harian Riau Mandiri, Senin 4 Januari 2008
