Kamis 29 November 2018, seluruh pegawai di negeri ini merayakan Hari
Ulang Tahun (HUT) ke-47 Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri).
Bertambah usia, hendaknya menjadi pelecut bagi segenap abdi negara dan
masyarakat, untuk lebih profesional dalam melayani, bekerja dan
menyatukan bangsa.
Apa hubungan antara HUT Korpri dengan
almarhum bapak saya, H Badar bin Isni. Meskipun tidak ada hubungan
langsung, namun jika kita kait-kaitkan, tetap aja ada hubungannya.
Terus apa hubungannya?. Tergantung sudut pandang (angel) kita. Pada 29
November 2018 ini, berarti sudah 19 hari, bapak meninggal kami untuk
selama-lamanya.
Selain itu, ada kenangan yang tak bisa dilupakan antara Korpri dengan bapak saya.
Ceritanya panjang. Waktu itu, ketika jalan-jalan sore, di kampung
halaman ku, (Dusun Papal, Desa Teluk Papal, Kecamatan Bantan), bapak
mengajak ke tukang jahit, Mambo.
Kenapa ke tempat tukang jahit,
tentu ingin menempah alias memesan baju. Tak tanggung-tanggung, baju
yang dipesan bapak untuk ku, adalah baju “batik” didominasi warna biru.
Motif baju yang dipesan bapak saat itu, pohon dengan 17 ranting, 8
dahan, dan 45 daun. Bangunan berbentuk balairung dengan lima tiang dan
Sayap besar dan kuat. Tentu semua tahu, motif baju “batik” itu adalah
baju Korpri.
Entah apa motivasi bapak, memesan baju Korpri
untuk saya. Padahal waktu itu, tidak ada karnaval murid Taman
Kanak-kanak (TK). Boro-boro karnaval, di kampung pun tidak ada TK.
Bisa jadi, waktu itu beliau memang tidak tahu, atau memang ingin
anaknya tampil keren di hadapan orang. Atau jangan-jangan, bapak punya
niat dan doa, agar kelak saya menjadi abdi negara dan masyarakat yang
profesional.
Cerita itu, bukan sebuah narasi fiktif, tapi kisah
nyata yang benar-benar kami alami. Tepatnya ketika saya masih berusia 6
tahun atau sekitar 35 tahun lalu. Tidak hanya saya yang dapat jatah baju
Korpri, tapi juga adik saya Lindawati.
Sebagai anak kecil yang
lugu, kami benar-benar senang dengan baju baru. Maklum lah, di kampung
ku, anak-anak baru bisa menikmati baju baru saat tiba Hari Raya Idul
Fitri alias Lebaran.
Begitu baju Korpri selesai dijahit, hati ku
sangat senang. Setiap ada acara, ku pakai baju itu. Terlebih saat acara
pernikahan tetangga, saya bangga mengenakan baju lengan panjang.
Pokoknya benar-benar bangga lah.
Bahkan pernah kami pakai saat momen poto bareng bersama sang adik Syarifudin. Sayangnya poto itu rusak, karena terkena air.
Ternyata, keinginan bapak lewat baju Korpri untuk anaknya yang berusia 6 tahun, menjadi sebuah cerita nyata.
Alhamdulillah 29 tahun kemudian, bapak H Badar bin Isni, dapat
menyaksikan anaknya mengenakan baju Korpri. Beliau tidak lagi melihat
Adi Sutrisno kecil mengenakan baju Korpri dengan celana jeans warna
biru.
Saya yakin dan percaya, kala itu bapak benar-benar ingin
anaknya menjadi abdi negara dan masyarakat, yang profesional dalam
mengembang amanah.
Buktinya, tanpa kenal lelah, bapak bekerja
keras membanting tulang, mendapatkan uang untuk menafkahi keluarga dan
membiayai pendidikan ku.
Setiap langkah mu, hela nafas mu dan
tetes keringat mu serta iringan doa mu, pasti terpancar sebuah asa agar
kelak anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan
masyarakat.
Terima kasih bapak, kami tidak akan pernah semua
pengorbanan mu untuk keluarga. Semoga kubur mu dilapangkan, diterima
amal ibadah mu dan diampun segala dosa mu. Amiin ya rabbal alami.
